Sabtu, 23 April 2011

Hakikat Manusia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.



B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian hakikat manusia?
2. Jelaskan hubungan manusia dan alam?
3. Jelaskan kedudukan manusia?
C. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian hakikat manusia
2. Siswa dapat menjelaskan hubungan manusia dan alam
3. Siswa dapat menjelaskan kedudukan manusia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk, manusia mempunyai sifat fitrah, lemah, bodoh, dan fakir. Namun manusia diberikan kemuliaan karena mempunyai ruh, mempunyai berbagai keistimewaan, serta ditundukkannya alam ini baginya. Manusia juga diberikan beban oleh Allah SWT untuk beribadah dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi untuk mengatur alam dan seisinya. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memilih beriman atau kafir pada-Nya. Hal ini berbeda dengan makhluk lainnya yang tidak punya pilihan lain kecuali Islam. Selain itu, manusia diberikan tanggung jawab oleh Allah SWT. Mereka yang bertanggung jawab pada amal yang dikerjakannya akan diberikan surga sedangkan mereka yang tidak beramal saleh akan dilemparkan ke dalam neraka.
Allah SWT telah memberikan banyak kelebihan kepada manusia, tidak saja dalam potensi fisik yang dimiliki manusia, tetapi penciptaan alam ini diperuntukkan bagi manusia untuk dimanfaatkannya semaksimal mungkin. Bahkan seorang pakar astronomi mengatakan bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia, hal ini disebabkan karena semua manfaat penciptaan alam seperti bumi, matahari, langit, dan sebagainya dirasakan oleh manusia. Dengan kelebihan dan keutamaan yang dimiliki manusia, maka wajarlah manusia diangkat sebagai khalifah di bumi yang ditugaskan untuk memelihara bumi dan memelihara apa saja yang ada di bumi. Kelebihan ini pula yang menjadikan manusia dimuliakan dibandingkan dengan makhluknya. Semestinya kelebihan ini menjadikan manusia bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita dan membalas kebaikan Allah ini dengan beribadah. Ibadah walaupun suatu beban karena keistimewaan yang dimiliki manusia, tetapi ibadah merupakan kegiatan untuk mengembalikan diri kita menjadi fitrah sehingga dalam pelaksanaan ibadah tersebut tidak lagi menjadi beban.
Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.

B. Hubungan Manusia dan Alam
Manusia dilahirkan diatas dunia dan di dalam dunia. Akan tetapi beradanya manusia didalam dunia ini lain artinya dengan air didalam gelas. Air didalam gelas adalh dua hal yang dipisahkan. Akan tetapi manusia didalam dunia menyatu dengan dunia. Manusia merupakan kesatuan dengan dunia. Manusia tak dapat dipisahkan dari alam dunia. Hal ini berarti manusia bukan seperti pribadi yang dari alam sekitarnya, melainkan bersama-sama dengan sekitarnya, baik sekitar fisik, terutama sekitar sosial. Hubungan manusia dengan sekitar fisik dan sosial ini bersifat kasual (sebab akibat). Pada satu sisi manusia menimbulkan perubahan alam sekitar, tetapi pada sisi yang lain manusia dipengaruhi oleh alam sekitar.
Dengan potensi rohani, cipta, karsa dan rasanya manusia menciptakan berbagai barang yang berarti bagi hidupnya dan membudayakan diri dan alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah merupakan karya-karya manusia yang sangat penting. Makin maju cara berfikir manusia, akan makin maju pula ilmu dan teknologinya dan dengan demikian akan makin maju diri dan masyarakatnya. Dengan begitu alam sekitar makin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia.
Demikian pula sebaliknya, makin sederhana cara berpikir manusia, mereka makin tergantung pada alam sekitar. Seperti dapat kita lihat pada masyarakat yang masih primitiv. Hidup mereka masih sangat tergantung pada alam sekitar.

C. Kedudukan Manusia
Dalam berbagai literatur yang membahas mengenai kedudukan manusia dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia dimuka bumi dan konsep ibadah.
1. Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
Tuhan telah melengkapi manusia dengan potensi-potensi rohaniah yang lebih dari makhluk-mahkluk hidup yang lain, terutama potensi akal, maka pada manusia juga dibebani tugas, disamping tugas untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya juga atas untuk memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.
فإ ذا قضيت ا الصلو ة فا نتشر وا فى الأ ر ض وا بتغوا من فضل ا الله وا ذكر وا الله كثيرا لعلكم تفلحون
Artinya:
Maka apabila telah selesai mengerjakan sembahyang, hendaklah kamu bertebaran dimuka bumi ini dan carilah karunia sebanyak-banyak, mudah-mudahan kamu boleh kemenangan.

2. Sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari Tuhan
Allah memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya, untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, kecuali untuk kemanfaatan hidupnya, juga untuk dapat menggunakan nama Tuhannya yang telah menciptakan dirinya.

ان فى خلق السموات والأرض واختلا ف اليل و النهار والفلك التي تجري فى البحر بما ينفع النا س وما انزل الله من السماء من ماء فا حيا به الارض بعد موتها وبث فيها من كل دا بة وتصر يف الريح وا لسحا ب المسخر بين السماء والا رض لايت لقوم يعقلن

Artinya:
Sesungguhnya pada penciptaan sekalian langit dan bumi, dan penggantian malam dan siang, daan bahtera yang berlayar di laut an membawa yang bermanfaat bagi manusia dan apapun yang diturunkan oleh Allah dari langit daripada air, sehingga hiduplah bumi sesudah matinya, dan berkembang baiklah padanya dari tiap-tiap yang melata dan perkisaran angin dan awan yang terkendali di antara langit dan bumi, semuanya itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.

3. Sebagai khalifah ( penguasa) dimuka bumi.
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur kehidupan dimuka bumi ini.
وهو الذى جعلكم خلا ئف الارض ور فع بعضكم فوق بعض در جا ت ليبلو كم فى ما اتكم انّ ربك سريع العقاب وانه لغفور رَّحيمٌ
Artinya:
Dialah yang menciptakan kamu menjadi khalifah-khalifah dimuka bumi, dan ditinggikannya sebagian kamu dari pada yang sebagian beberapa derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang dibrikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan Tuhan engkau amat lekas dan sesungguhnya Tuhan Pengampun lagi Penyayang.

4. Sebagai makhluk yang paling tinggi dan mulia.
ولقد كرّ منا بنى اد م وحملنا هم فى البر والبحر ورزقنا هم من الطيّبا ت وفضلنا هم على كثيرٍ ممن خلقنا تفضيلاً
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam dan Kami beri mereka kendaraan didarat dan dilaut dan Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan Kami benar-benar melebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.

5. Sebagai hamba Allah
Kedudukan sebagai hamba Allahini memang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
وما خلقت الجنّ والانس الاّ ليعبدون
Artinya:
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.

6. Sebagai makhluk yang bertanggung jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti dunianya dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat manusia dan alam semesta ini semata-mata untuk menyembah kepada Tuhan.
يوم تشهد عليهم السنتهم و ايد يهم وار جلهم بما كنوا يعملون. يومئذٍ يوفيهم الله دينهم الحق ويعلمون انّ الله هو الحق المبين
Artinya:
Pada hari itu, lidah, tangan, dan kaki mereka sendiri akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuutan yang telah mereka lakukan. Pada hari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal dan tahulah mereka bahwa Allah itulah yang benar dan ia telah cukup memberikan keterangan.

7. Sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik
اقرأ باسم ربك الذى خلق. خلق الانسا ن من علق. اقرأ وربك الاكرم. الذى علم بالقلم. علم الانسا ن مالم يعلم
Artinya:
Bacalah dengan nama Yuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang amat mulia. Yang mengajar manusia dengan mulia dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

Dengan demikian kedudukan manusia di alam raya ini disamping sebagai khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai ‘abd, yaitu seluruh usaha dan aktivitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Dengan pandangan yang terpadu ini, maka sebagai seorang khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemunkaran atau bertentangan dengan kehendak Tuhan.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
• Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
• Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
• Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
• Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
• Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
• Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
• Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
• Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.


DAFTAR PUSTAKA
http://irwanprayitno.info/tarbiyah/1220590465-hakikat-manusia.htm
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=201:hakikat-manusia-dalam-al-quran&catid=89:psikologi-islam&Itemid=277
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 23 April 2011

Hakikat Manusia

Diposting oleh Falita di 10.53
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing – masing dan untuk orang di sekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.



B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian hakikat manusia?
2. Jelaskan hubungan manusia dan alam?
3. Jelaskan kedudukan manusia?
C. Tujuan
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian hakikat manusia
2. Siswa dapat menjelaskan hubungan manusia dan alam
3. Siswa dapat menjelaskan kedudukan manusia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk, manusia mempunyai sifat fitrah, lemah, bodoh, dan fakir. Namun manusia diberikan kemuliaan karena mempunyai ruh, mempunyai berbagai keistimewaan, serta ditundukkannya alam ini baginya. Manusia juga diberikan beban oleh Allah SWT untuk beribadah dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi untuk mengatur alam dan seisinya. Allah memberikan manusia kesempatan untuk memilih beriman atau kafir pada-Nya. Hal ini berbeda dengan makhluk lainnya yang tidak punya pilihan lain kecuali Islam. Selain itu, manusia diberikan tanggung jawab oleh Allah SWT. Mereka yang bertanggung jawab pada amal yang dikerjakannya akan diberikan surga sedangkan mereka yang tidak beramal saleh akan dilemparkan ke dalam neraka.
Allah SWT telah memberikan banyak kelebihan kepada manusia, tidak saja dalam potensi fisik yang dimiliki manusia, tetapi penciptaan alam ini diperuntukkan bagi manusia untuk dimanfaatkannya semaksimal mungkin. Bahkan seorang pakar astronomi mengatakan bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia, hal ini disebabkan karena semua manfaat penciptaan alam seperti bumi, matahari, langit, dan sebagainya dirasakan oleh manusia. Dengan kelebihan dan keutamaan yang dimiliki manusia, maka wajarlah manusia diangkat sebagai khalifah di bumi yang ditugaskan untuk memelihara bumi dan memelihara apa saja yang ada di bumi. Kelebihan ini pula yang menjadikan manusia dimuliakan dibandingkan dengan makhluknya. Semestinya kelebihan ini menjadikan manusia bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita dan membalas kebaikan Allah ini dengan beribadah. Ibadah walaupun suatu beban karena keistimewaan yang dimiliki manusia, tetapi ibadah merupakan kegiatan untuk mengembalikan diri kita menjadi fitrah sehingga dalam pelaksanaan ibadah tersebut tidak lagi menjadi beban.
Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari sorga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan baik (positif).
Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas mutaqqin di atas.

B. Hubungan Manusia dan Alam
Manusia dilahirkan diatas dunia dan di dalam dunia. Akan tetapi beradanya manusia didalam dunia ini lain artinya dengan air didalam gelas. Air didalam gelas adalh dua hal yang dipisahkan. Akan tetapi manusia didalam dunia menyatu dengan dunia. Manusia merupakan kesatuan dengan dunia. Manusia tak dapat dipisahkan dari alam dunia. Hal ini berarti manusia bukan seperti pribadi yang dari alam sekitarnya, melainkan bersama-sama dengan sekitarnya, baik sekitar fisik, terutama sekitar sosial. Hubungan manusia dengan sekitar fisik dan sosial ini bersifat kasual (sebab akibat). Pada satu sisi manusia menimbulkan perubahan alam sekitar, tetapi pada sisi yang lain manusia dipengaruhi oleh alam sekitar.
Dengan potensi rohani, cipta, karsa dan rasanya manusia menciptakan berbagai barang yang berarti bagi hidupnya dan membudayakan diri dan alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah merupakan karya-karya manusia yang sangat penting. Makin maju cara berfikir manusia, akan makin maju pula ilmu dan teknologinya dan dengan demikian akan makin maju diri dan masyarakatnya. Dengan begitu alam sekitar makin dapat dikontrol dan dikendalikan oleh manusia.
Demikian pula sebaliknya, makin sederhana cara berpikir manusia, mereka makin tergantung pada alam sekitar. Seperti dapat kita lihat pada masyarakat yang masih primitiv. Hidup mereka masih sangat tergantung pada alam sekitar.

C. Kedudukan Manusia
Dalam berbagai literatur yang membahas mengenai kedudukan manusia dalam alam semesta ini selalu dihubungkan dengan konsep kekhalifahan manusia dimuka bumi dan konsep ibadah.
1. Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam
Tuhan telah melengkapi manusia dengan potensi-potensi rohaniah yang lebih dari makhluk-mahkluk hidup yang lain, terutama potensi akal, maka pada manusia juga dibebani tugas, disamping tugas untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya juga atas untuk memelihara dan melestarikan alam ini dan dilarang untuk merusaknya.
فإ ذا قضيت ا الصلو ة فا نتشر وا فى الأ ر ض وا بتغوا من فضل ا الله وا ذكر وا الله كثيرا لعلكم تفلحون
Artinya:
Maka apabila telah selesai mengerjakan sembahyang, hendaklah kamu bertebaran dimuka bumi ini dan carilah karunia sebanyak-banyak, mudah-mudahan kamu boleh kemenangan.

2. Sebagai peneliti alam dan dirinya untuk mencari Tuhan
Allah memerintahkan pada manusia agar menggunakan akalnya, untuk mempelajari alam semesta dan dirinya sendiri, kecuali untuk kemanfaatan hidupnya, juga untuk dapat menggunakan nama Tuhannya yang telah menciptakan dirinya.

ان فى خلق السموات والأرض واختلا ف اليل و النهار والفلك التي تجري فى البحر بما ينفع النا س وما انزل الله من السماء من ماء فا حيا به الارض بعد موتها وبث فيها من كل دا بة وتصر يف الريح وا لسحا ب المسخر بين السماء والا رض لايت لقوم يعقلن

Artinya:
Sesungguhnya pada penciptaan sekalian langit dan bumi, dan penggantian malam dan siang, daan bahtera yang berlayar di laut an membawa yang bermanfaat bagi manusia dan apapun yang diturunkan oleh Allah dari langit daripada air, sehingga hiduplah bumi sesudah matinya, dan berkembang baiklah padanya dari tiap-tiap yang melata dan perkisaran angin dan awan yang terkendali di antara langit dan bumi, semuanya itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.

3. Sebagai khalifah ( penguasa) dimuka bumi.
Manusia diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur kehidupan dimuka bumi ini.
وهو الذى جعلكم خلا ئف الارض ور فع بعضكم فوق بعض در جا ت ليبلو كم فى ما اتكم انّ ربك سريع العقاب وانه لغفور رَّحيمٌ
Artinya:
Dialah yang menciptakan kamu menjadi khalifah-khalifah dimuka bumi, dan ditinggikannya sebagian kamu dari pada yang sebagian beberapa derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang dibrikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan Tuhan engkau amat lekas dan sesungguhnya Tuhan Pengampun lagi Penyayang.

4. Sebagai makhluk yang paling tinggi dan mulia.
ولقد كرّ منا بنى اد م وحملنا هم فى البر والبحر ورزقنا هم من الطيّبا ت وفضلنا هم على كثيرٍ ممن خلقنا تفضيلاً
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam dan Kami beri mereka kendaraan didarat dan dilaut dan Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan Kami benar-benar melebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.

5. Sebagai hamba Allah
Kedudukan sebagai hamba Allahini memang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
وما خلقت الجنّ والانس الاّ ليعبدون
Artinya:
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.

6. Sebagai makhluk yang bertanggung jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti dunianya dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa hakikat manusia dan alam semesta ini semata-mata untuk menyembah kepada Tuhan.
يوم تشهد عليهم السنتهم و ايد يهم وار جلهم بما كنوا يعملون. يومئذٍ يوفيهم الله دينهم الحق ويعلمون انّ الله هو الحق المبين
Artinya:
Pada hari itu, lidah, tangan, dan kaki mereka sendiri akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuutan yang telah mereka lakukan. Pada hari itu Allah akan memberi balasan yang setimpal dan tahulah mereka bahwa Allah itulah yang benar dan ia telah cukup memberikan keterangan.

7. Sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik
اقرأ باسم ربك الذى خلق. خلق الانسا ن من علق. اقرأ وربك الاكرم. الذى علم بالقلم. علم الانسا ن مالم يعلم
Artinya:
Bacalah dengan nama Yuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang amat mulia. Yang mengajar manusia dengan mulia dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

Dengan demikian kedudukan manusia di alam raya ini disamping sebagai khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai ‘abd, yaitu seluruh usaha dan aktivitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Dengan pandangan yang terpadu ini, maka sebagai seorang khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemunkaran atau bertentangan dengan kehendak Tuhan.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
• Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
• Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
• Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
• Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
• Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
• Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
• Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
• Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.


DAFTAR PUSTAKA
http://irwanprayitno.info/tarbiyah/1220590465-hakikat-manusia.htm
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=201:hakikat-manusia-dalam-al-quran&catid=89:psikologi-islam&Itemid=277
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

0 komentar on "Hakikat Manusia"

Posting Komentar